Minggu, 31 Mei 2009

HIKMAH TAHUN BARU 1 MUHARRAM

HIKMAH TAHUN BARU 1 MUHARRAM DALAM KAITAN
AKTUALISASI NILAI-NILAI ISLAM DALAM PERKEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
DI UNIVERSITAS TADULAKO*)

Oleh: Prof. Dr. Zainuddin Ali, MA

A. Pendahuluan
Membicarakan "Hikmah Tahun Baru 1 Muharram 1417 H Dalam Kaitan Aktualisasi Nilai-nilai Islam Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Universitas Tadulako, Palu" pada hakekatnya membicarakan salah satu asas GBHN 1993, tujuan pendidikan nasional dalam GBHN, dan UU No. 2 Tahun 1989, yaitu manusia yang tangguh dalam iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tangguh dalam iman berarti manusia yang memiliki kualitas iman yang siap menghadapi tantangan masa depan. Peningkatan kualitas tersebut, bila dikaitkan dengan perintah Allah SWT kepada Rasulullah SAW bersama Sahabatnya untuk melaksanakan Hijrah dari kota Mekkah ke Kota Madinah merupakan suatu proses transformasi masyarakat dari masyarakat Jahiliyah di Mekkah ke masyarakat yang Islami di Madinah atau dari suatu keadaan jelek menuju keadaan baik yang dipersiapkan untuk menghadapi tantangan, baik tantangan masa kini maupun di masa akan datang. Dalam proses transformasi tersebut ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu keberlanjutan di satu pihak, dan perubahan di pihak lain. Tarikan antara kedua hal itulah yang menimbulkan dinamika dalam perkembangan budaya keislaman. Keberlanjutan saja yang kita pertahankan yang mengaplikasikan terpeliharanya keteraturan akan membuat kebudayaan bersifat statis, karena ia akan cenderung resisten terhadap perubahan dan bahkan tertutup terhadap gagasan-gagasan baru yang datang yang dapat lebih memperkaya khasanah kebudayaan Islam itu. Selain itu, perubahan saja tanpa keberlanjutan akan mengakibatkan suatu kebudayaan kehilangan jati dirinya sehingga timbul "anomia" pada masyarakat sebagai pendukung kebudayaan. Perubahan dan keberlanjutan tidak boleh dipandang secara dikotomi, melainkan dua hal yang komplementer. Demikian juga Islam tidak mengenal dikotomi atau pemilahan antara agama (iman dan taqwa) dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun justru sebaliknya diperlukan keterpaduan keduanya. Bangsa-bangsa yang telah maju adalah bangsa yang mampu menciptakan perimbangan dan keselarasan antara keduanya. Dalam konteks pembangunan nasional, kita perlu menciptakan keseimbangan dan keselarasan antara perubahan dan keberlanjutan melalui pendidikan nasional yang direncanakan melalui GBHN, baik pendidikan yang dikelola melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan maupun pendidikan yang dikelola melalui Depertemen Agama RI. Karena itu, pemakalah mempokuskan kajian pada "HIKMAH HIJRAH RASULULLAH DARI MEKKAH KE MADINAH" dalam rangka menghadapi tantangan di masa depan.
B. Hikmah Hijrah Rasulullah dari Mekkah ke Madinah.
Rasulullah menyebarkan ajaran agama Islam di Kota Mekkah lebih 10 Tahun sesudah diangkat oleh Allah menjadi Nabi dan Rasul (17 Ramadhan/6 Agustus 610 M). Namun, penyebaran ajaran agama tersebut mengalami tantangan yang luar biasa di Kota Mekkah sehingga Allah mengeluarkan perintah hijrah tersebut, sementara di Kota Madinah masyarakatnya memerlukan pemimpin yang dapat mempersatukan suku-suku dalam membangun Kota Madinah dalam rangka mencapai keselamatan di dunia dan di akhirat kelak. Keadaan kota Madinah ketika itu, selalu terjadi peperangan antara suku Aus di satu pihak dan di pihak lain suku Khazraj**).
Ke dua suku itulah yang selalu melakukan peperangan sehingga terjadi kekacauan dalam masyarakat. Kekacauan itulah yang memerlukan ke datangan Rasulullah bersama sahabatnya untuk mempersatukan masyarakat dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan untuk membangun bangsa dan Negara menuju negara Islam yang pertama di dunia ( 12 Rabi'ul Awal 1 H/24 September 622 M). Rasulullah mempersatukan suku-suku di kota Madinah berpedoman kepada surah Al-Hujraat ayat: 13
Pengamalan ayat tersebut, membentuk masyarakat yang bersatu di bawah naungan Islam yang mempunyai sistem ilmu pengetahuan, sistem budaya, sistem Politik, sistem ekonomi, sistem pemerintahan dan beberapa sistem lainnya.
C. Hijrah Rasulullah dalam Kaitannya Strategi Pendidikan dan Efektivitas Penanaman Nilai Agama di Universitas Tadulako
Politik kolonialis Belanda dan Jepang telah menciptakan dikotomi pendidikan di Indonesia, di satu pihak tampak jenis pendidikan yang dikelola melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI seperti Lembaga pendidikan di Univ. Tadulako dan di pihak lain tampak jenis pendidikan yang dikelola melalui Departemen Agama RI seperti Lembaga Pendidikan IAIN Alauddin di Palu. Dikotomi yang demikian, membentuk opini mengenai pengkajian ajaran agama (baca: Islam), yaitu (1) ada yang berpendapat bahwa orang Islam yang ingin mengkaji ajaran agama Islam sebaiknya pendidikan itu ditempuh melalui IAIN, dan (2) ada yang berpendapat bahwa orang Islam yang ingin mengkaji ilmu pengetahuan dan teknologi silahkan belajar di Perguruan Tinggi yang dikelola oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI., dan (3) ada yang berpendapat bahwa orang Islam yang ingin mengkaji ilmu pengetahuan dan teknologi di mana saja dan kapan saja, maka ilmu pengetahuan dan teknologi itu tidak dapat dipisahkan dengan ajaran agama (ajaran agama Islam bagi orang Islam dan ajaran non Islam bagi orang yang bukan beragama Islam). Pendapat yang terakhir itulah yang merupakan salah satu nilai dari nilai-nilai Hijrah Rasulullah bersama Sahabatnya yang mengilhami Rektor Pertama Univ. Tadulako (Prof. Dr. H. Mattulada) sehingga mengangkat Dosen pendidikan agama Islam di Univ. Tadulako (dosen pendidikan agama yang terbanyak pada Perguruan Tinggi Negeri yang dikelola oleh Departemen P & K se Indonesia), di Palu.
Pengangkatan dosen agama tersebut, melahirkan lagi opini di Untad. Namun, Prof. Mattulada memanggil semua dosen agama Islam dan para pimpinan Fakultas dan UPT., kemudian menyampaikan bahwa pengangkatan dosen agama dimaksudkan bukan hanya mengajar dan mendidik kepada mahasiswa melainkan juga mengajar kepada Bapak-bapak mengenai ajaran agama Islam. Selain itu, mendirikan gedung yang diberi nama "Pusat Pengkajian Islam dan Pancasila". Gedung tersebut, dimaksudkan untuk ditempati untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan ajaran agama Islam dan Pancasila. Nilai-nilai Tahun baru Hijriah tersebut yang diimplementasikan dengan ide pengangkatan Dosen Agama di Universitas Tadulako bila ditumbuh kembangkan akan mampu mengaktualisa-sikan nilai-nilai Islam dalam perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi di Universitas Tadulako.
D. Kesimpulan
Pimpinan Universitas dan Para pimpinan Fakultas dan UPT dalam lingkungan Universitas Tadulako bila memamfaatkan dosen pendidikan agama Islam berdasarkan nilai-nilai Hijrah Rasulullah SAW (Tahun baru Hijriyah) akan mampu diaktualisasikan nilai-nilai Islam dalam perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi di Universitas Tadulako.
Sekian, semoga ada manfaatnya pemikiran ini.

KEPUSTAKAAN
Al-Maududi, Abul A'la. Khilafah dan Kerajaan. Mizan, Bandung, 1984.
Arberry, A.J. Revolution and Reason In Islam. London: Allen and Unwin, t.t.
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI Press, Jakarta, 1986.
----------. Akal dan Wahyu dalam Islam, UI Press, Jakartay, 1986.
----------. Teologi Islam, UI Press, Jakarta, 1972.
----------. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, UI Press, Jakarta, 1985.
Madjid, Nurcholis. Khazanah Intelektual Islam. Bulan Bin tang, Jakarta, 1985.
Mulkhan, Abdul Munir. Perubahan Perilaku Politik dan Polari sasi Ummat Islam 1965-1987. Rajawali Press, Jakarta, 1989.
Nader, Al-Bert N., Falsafah al-Mu`tazilah, Dar al-Nasyr al- Saqafah, Alexandria, 1950.
Syadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara. UI Press, Jakarta, 1990
Syahirul Alim, H.A. Islam untuk Disiplin Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Dep. Agama RI, 1995
*) Di sampaikan pada hari Sabtu tgl 1 Juni 1996 dalam rangka memperingati Tahun Baru 1 Muharram 1417 Hijriyah di Mushallah Nurul Taqwa FISIP Universitas Tadulako.
**) Suku Hazraj dan Suku Aus selalu berperang sebelum Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar